Jakarta –
Menteng merupakan salah satu kawasan elit Jakarta. Di sana, banyak terdapat rumah-rumah gedong dengan halaman luas yang ditutupi pagar.
Tak hanya itu, di kawasan Menteng juga sangat tertata rapi serta banyak taman dan pepohonan. Kawasan ini pun terasa adem meski sedang panas terik.
Menteng memang awalnya dibangun sebagai perumahan sejak era kolonial Belanda. Menteng mulai dikembangkan sekitar tahun 1912 dan dirancang oleh arsitek sekaligus pendiri pengembang real estat NV de Bouwploeg, PAJ Moojen yang kemudian disempurnakan oleh arsitek FJ Kubatz.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Burgemeester Bischopplein yang kini merupakan Taman Suropati, pada tahun 1937. Foto: via buku karya Adolf Heuken, Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia
|
Usut punya usut, arsitektur rumah-rumah di Menteng awalnya tidak seperti saat ini yang kebanyakan memiliki pagar dan rumah yang tinggi. Lantas seperti apa?
Menurut Sejarawan Asep Kambali, pada awal dibangun, rumah-rumah di Menteng memiliki arsitektur yang seragam yaitu gaya Indis atau Indische Empire yang memadukan percampuran gaya Eropa dengan tropis.
“Sebenarnya kawasan Menteng ini rumahnya bergaya Indische, jadi campuran antara Eropa dan tropis sehingga memang rumah-rumah itu memiliki ventilasi yang kuat dan rumahnya dibikin seragam. Meskipun desainnya Indische tapi dibikin seragam, ada ciri-cirinya kayak batu bata ya, bata hitam bergaris-garis,” kata Asep kepada detikcom, Rabu (28/5/2025) lalu.
Arsitektur Indis sendiri diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Daendels pada 1808-1811. Dilansir dari jurnal ilmiah karya Adyt Alkautsar dan La Ode Rabani berjudul Arsitektur Indis dan Perubahan Sejarah Kota Magelang 1906-1942, awalnya gaya Indische Empire ini bertujuan untuk menggantikan tempat tinggal bergaya landhuizen dengan corak Neo-Klasik. Seiring berjalannya waktu, gaya arsitektur tersebut menyesuaikan kondisi geografis dan iklim daerah setempat.
Ciri utama dari arsitektur Indische Empire ini penggunaan beranda depan dan belakang dengan halaman yang cukup luas. Selain itu, plafon dan atap yang tinggi, memiliki garis simetris dengan langit-langit yang tinggi dan terbuka, ruang utama yang diapit dengan kamar bagian kanan dan kiri dengan tembok tebal, hingga memakai tegel marmer.
Sementara itu, dilansir dari buku karya Adolf Heuken yang berjudul Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia, disebutkan bahwa ada beberapa gaya arsitektur lain yang digunakan, seperti art deco, gaya tradisional barat, Amsterdamse School, gaya vila atau bungalow dan gaya modern.
Arsitektur rumah tinggal di kawasan Menteng juga bisa dibagi berdasarkan ukuran kavling, yaitu:
1. 1.000 meter persegi atau lebih tergolong groote stadsvilla atau berukuran besar yang berada di kawasan Jl. Teuku Umar, Jl. Imam Bonjol hingga Jl. Diponegoro.
2. 500-800 meter persegi yang tergolong middelgroote stadswoning atau rumah ukuran sedang, seperti kawasan Jl. Sam Ratulangi, Jl. H.A. Salim, hingga Jl. Palem.
3. 500 meter persegi dengan luas rumah 70-90 meter persegi atau tergolong kleine woningen yaitu rumah ukuran kecil, dapat dijumpai di Jl. Kusumaatmaja dan Jl. Sumenep.
Mau tahu tipe-tipe rumah di Menteng? Lihat di halaman selanjutnya.
Berikut ini merupakan tipe-tipe rumah yang ada di Menteng.
Tipe Tosari
Rumah tipe Sumenep yang dibangun pada akhir 1930-an. Foto: via buku karya Adolf Heuken, Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia
|
Rumah tipe ini beratap perisai dengan teritis Jebar. Atap tersebut terdiri dari satu atap utama yang besar serta anak atap di bagian depan dan/atau samping, yang juga merupakan atap perisai dengan sudut kemiringan sekitar 45°.
Tipe Tosari dibangun dalam lahan hijau dengan taman depan. Untuk menikmati keindahan taman tersebut, selalu terdapat teras (beranda) di depan rumah. Teras ini dibatasi tembok rendah setinggi 75-80 cm, yang terbuat dari batu kali atau bahan seperti teraso yang berkesan alami.
Selain tembok rendah, biasanya pada teras terdapat kolom yang menyangga atap teras tersebut. Kolom ini memiliki keunikan berupa profil plesteran sebagai pemanis di bagian atasnya. Pintu masuk utama terdiri dari dua daun pintu kayu jati yang membuka ke arah teras. Pintu dan jendela biasanya dihiasi kaca timah yang berpola geometris. Rumah ini biasanya terdapat di area Jl. Kusumaatmadja hingga Jl. Sumenep.
Nah, rumah tipe Tosari di Jl. Sumenep biasanya lebih sederhana. Di bagian depan selalu ada teras yang bagian dari rumah induk. Dari segi artistik, rumah ini sangat sederhana namun asri dan jarang memiliki elemen dekoratif dibanding tipe-tipe rumah Menteng lainnya.
Tipe Madura
Tipe rumah Madura. Foto: via buku karya Adolf Heuken, Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia
|
Rumah tipe ini berukuran cukup besar sehingga terkesan lebih merah dibanding tipe Tosari. Biasanya, rumah tipe ini berada di Jl. Moh. Yamin dan Jl. S. Syahrir.
Di bagian halamannya terdapat paviliun yang terdapat di seberang rumah induk. Paviliun bisa berfungsi sebagai tempat untuk tamu.
Rumah tipe ini memiliki plafon tinggi karena ukurannya yang juga besar sehingga udara di dalam ruangan terasa sejuk. Pintu maupun jendela terbuat dari kayu jati dan diisi kaca timah berwarna dengan pola dekoratif. Pada dinding luar bagian atas sering terdapat tonjolan dinding bata berprofil, yang membentuk garis-garis horizontal, sementara bagian bawah merupakan dinding batu kali setinggi 80-90 cm. Di beberapa tempat dinding berbatu kali bahkan lebih tinggi, hingga mencapai bagian atas tembok.
Tipe Rumah Bertingkat
Tipe rumah bertingkat dalam bentuk sederhana (bawah) dan mewah (atas). Foto: via buku karya Adolf Heuken, Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia
|
Rumah tipe ini pertama kali dibangun dalam jumlah banyak pada akhir 1930-an. Nah, yang dijumpai kala itu ada yang sederhana ada juga yang mewah. Untuk yang sederhana biasanya tidak menggunakan elemen dekoratif, namun pintu dan jendela tetap menggunakan kaca patri dengan pola menarik.
Sementara itu, untuk rumah tingkat yang mewah biasanya dilengkapi oleh balkon, teras, serta atap yang bentuk maupun letaknya memperindah bangunan.
Tipe Vila
Rumah tipe vila. Foto: via buku karya Adolf Heuken, Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia
|
Vila biasanya berlantai satu dan memiliki tampak yang indah. Di samping menjaga keseimbangan komposisi dengan simetri tampak mukanya, bangunan dihias dengan elemen-elemen dekoratif seperti kaca patri berwarna, plesteran berprofil, batu kerawang dan lain-lain.
Rumah terletak di dalam halaman luas dan berhadapan dengan jalan masuk berbentuk setengah lingkaran. Ujung kiri dan kanan merupakan gerbang masuk dan keluar halaman rumah. Jalan seperti ini hanya mungkin bila halaman depan luas.
Di belakang rumah masih terdapat kebun luas dan sebuah paviliun serta bangunan tambahan lain, yang berisi kamar
pembantu, kamar mandi, gudang, dapur, dan lainnya.
Rumah dengan Bentuk Atap Khusus
Biasanya, rumah di Menteng menggunakan atap perisai dan atap pelana. Namun, ada juga beberapa rumah yang menggunakan atap tipe lainnya. Berikut ini informasinya.
Atap Curam
Kemiringan atap sekitar 60° membuat rumah tipe ini tampak unik dan menarik. Ruang di bawah atap biasanya dimanfaatkan sebagai lantai atas berisi kamar-kamar tidur. Jendela dari kamar-kamar itu disebut dormer window, yang sering terdapat pada suatu atap tersendiri yang menjorok keluar.
Rumah-rumah ini tidak memiliki susunan ruang dan tata-letak yang seragam, karena tidak dibangun bersamaan pada satu lokasi. Walau demikian, umumnya memiliki kesamaan seperti adanya teras di depan rumah serta jendela pada atap. Pada beberapa rumah, selain dormer window juga terdapat balkon di lantai atas.
Atap Mansard
Rumah dengan atap mansard dari tahun 1941. Foto: via buku karya Adolf Heuken, Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia
|
Atap mansard memiliki garis tekukan/patahan pada arah horizontal sehingga membentuk dua bidang dengan derajat kemiringan berbeda. Nama atap ini merujuk pada penemunya, yakni H. Mansard (1708), yang merancang Istana Versailles (Paris) dengan menggunakan atap mansard untuk pertama kalinya
Atap mansard kadang kala menaungi suatu teras luas yang umumnya segi enam atau segi delapan, yang dibatasi kolom-kolom bulat. Bentuk atap teras mengikuti ruang di bawahnya yang bersegi banyak sehingga turut memiliki tekukan pada arah vertikal sesuai jumlah sudut ruang.
Adanya kekhususan bentuk teras, kolom-kolom dan atap pada rumah tipe ini sangat mempengaruhi keindahannya. Teras depan yang berada persis di tengah rumah menjadi ruang penerima tamu yang amat menarik.
Atap Pelana Dekoratif
Atap pelana menjadi unsur penting yang menentukan nilai artistik rumah gaya ini.
Hiasan atap pelana juga muncul dalam bentuk ukiran kayu, yang dipasang pada muka dinding sopi-sopi atau dinding segitiga pada atap pelana. Ukiran ini menampakkan pola tumbuhan seperti daun dan bunga.
Kekhasan pola maupun material kayu pada elemen dekoratif ini memperlihatkan pengaruh Victorian Style, yang menjadi trend antara tahun 1837-1901, meskipun di Batavia muncul dalam bentuk yang lebih sederhana.
Tipe Rumah Terinspirasi dari de Stijl
Rumah yang dipengaruhi gaya de Stijl. Foto: via buku karya Adolf Heuken, Menteng ‘Kota Taman’ Pertama di Indonesia
|
Pada umumnya atap besar mendominasi tampak luar rumah-rumah di Menteng. Akan tetapi, pada tipe ini atap merupakan plat beton mendatar saja. Rumah tipe ini berlantai dua, dengan dimensi yang menunjukkan bahwa ruang-ruang dalam rumah ini cukup luas.
Sedikit di bawah atap datar tersebut terdapat plat beton yang berfungsi sebagai atap teritis, yang mengelilingi badan bangunan pada ketinggian di atas jendela atau lobang ventilasi. Atap teritis tersebut memperkuat pengaruh horizontal pada tampak bangunan ini. Garis horizontal lain muncul dalam bentuk pagar pembatas balkon di lantai kedua, yang kadang-kadang terbuat dari besi bulat.
Banyak Bangunan Beralihfungsi
Menteng saat ini tidaklah sama seperti pada awal dibangun. Kini, bangunan-bangunan tua di Menteng banyak yang beralihfungsi. Salah satu alasannya karena pajak bangunan yang harus dibayarkan cukup besar, bahkan bisa mencapai ratusan juta Rupiah.
Asep sangat menyayangkan hal tersebut terlebih lagi kawasan Menteng termasuk cagar budaya.
“Jadi artinya, Menteng itu kan masuk cagar budaya ya, yang dilindungi oleh undang-undang, dilindungi oleh SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 tahun 1993, yang disesalkan adalah banyak gedung tua hancur, dihancurkan, dibangun ruko. Karena itu tadi, orang tuanya sudah meninggal menjadi harta warisan, anak-anaknya nggak kuat bayar pajak karena gede-gede sehingga harus dijual,” tuturnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
Leave a Reply