
Jakarta –
Tahukah kamu ada desain rumah yang khas Indonesia banget? Namanya arsitektur jengki, gaya bangunan tempo dulu yang populer pada 1950-1960 silam.
Dilansir dari artikel Arsitektur Jengki: Bergeometri yang Kreatif karya Gatot Adi Susilo, Senin (17/2/2025), arsitektur jengki lahir dari semangat masyarakat Indonesia untuk membebaskan diri dari pengaruh penjajah, khususnya bentuk arsitektur modern Belanda.
Perubahan yang terjadi dinilai sebagai sesuatu yang mempunyai nilai positif terhadap karya arsitektur di Indonesia. Gaya arsitektur ini menjadi karya yang kreatif bila dibandingkan dengan karya-karya lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ciri Khas Arsitektur Jengki
Masih mengutip sumber yang sama, arsitektur jengki seakan dirancang dengan bebas dan berani menggunakan bentuk-bentuk geometris. Salah satunya dari penggunaan atap pelana pada arsitektur jengki, terlihat sebagai perpaduan geometri persegi dibagian bawah dan segitiga pada bagian atas.
Selain itu, bentuk geometri lainnya adalah lingkaran di antara persegi bentuk lingkaran. Bentuk lingkaran sebagai hiasan menarik dekat pintu masuk.
ADVERTISEMENT
Kehadiran pintu dan jendela masih sesuai dengan fungsinya, menggunakan kaca sebagai bahan yang dominan, baik di pintu maupun jendela. Pintu dan jendela tetap pun tetap dapat digunakan untuk memamerkan estetika geometri.
Lalu, terdapat teralis besi dengan menggunakan bentuk geometri yang bebas. Hal ini merupakan kekhususan pada arsitektur jengki.
Lubang ventilasi pada fasad rumah juga dibuat menarik. Letak lubang-lubang ventilasi dapat disusun secara vertikal ataupun miring mengikuti arah kemiringan segitiga atap.
Penggunaan bahan bangunan pun diperhatikan untuk menunjang geometri dan estetika bangunan. Untuk itu, arsitektur jengki kerap menggunakan batu hias yang dipasang dengan bahan lain atau plesteran biasa, sehingga menciptakan garis atau bidang.
Dikutip dari situs resmi Kemenparekraf/Baparekraf RI, daya tarik arsitektur jengki yang paling mudah dikenali adalah bagian atap rumah. Tingginya tidak seimbang dan memiliki pola yang tidak proporsional. Bahkan, kemiringan atap tidak kurang dari 35 derajat. Arsitektur jengki juga identik memiliki dinding miring dengan model segi lima.
Di sisi lain, rumah ini memiliki ukuran teras yang luas serta menggunakan roster pada fasadnya. Selain sebagai sirkulasi udara agar rumah terasa sejuk, pemasangan roster juga berfungsi untuk memaksimalkan pencahayaan alami sekaligus menjadi elemen yang unik.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/zlf)
Leave a Reply